Lambang Persitara Jakarta Utara
Persitara Jakarta Utara adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang bermarkas di Stadion Tugu, Jakarta Utara. Persatuan Sepak bola Indonesia Jakarta Utara atau disingkat sebagai Persitara ini didirikan pada 1979. Sekarang tim yang berjuluk Laskar Si Pitung ini menjadi salah satu kontestan Liga 3 Zona DKI Jakarta.
Berikut Logo Persitara Jakarta Utara
Sejarah
Sejarah pendirian Persitara sendiri tak bisa dilepaskan dari peran Persija sebagai induk sepak bola Jakarta. Pada 1970-an, Persija yang masih gabung dengan Komisi Daerah (Komda) PSSI Jawa Barat menggagas pembentukan Komda tersendiri di Jakarta. Pasalnya, Macan Kemayoran kesulitan menampung klub-klub lokal yang menjamur.
Pembentukan Komda Jakarta beriringan dengan didirikannya "Persija-persija lain", yaitu Persijatimut (Timur-Utara) dan Persijaselbar (Selatan-Barat). Persijatimut pecah lalu Persitara resmi berdiri sendiri dengan nama Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta Utara pada 1985.
Persitara Jakarta Utara adalah salah satu klub sepak bola di Jakarta. Persitara adalah singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta Utara. Awalnya klub berjuluk Laskar Si Pitung ini berdiri pada tahun 1979 (beberapa sumber mengatakan 1975) menggunakan nama Persija Timur Utara (Persijatimur) dan baru kemudian pada tahun 1985 klub ini resmi memakai nama Persitara Jakarta Utara yang dianggap benar-benar mewakili masyarakat Jakarta Utara. Tim berjuluk Laskar Si Pitung adalah salah satu kontestan Liga Super 2008/09, kompetisi paling elit di Indonesia pada saat itu.
Di era perserikatan, prestasi terbaik Persitara terjadi pada musim 1985/86, ketika sukses menembus Divisi Utama Perserikatan. Sama halnya dengan tim asal Jakarta lainnya, Persitara hidup dari sokongan dana APBD DKI Jakarta. Hanya saja, sejak berdirinya, Persitara tidak mendapatkan kucuran dana rakyat sama seperti yang diterima saudara tuanya yaitu Persija Jakarta.
Puncaknya ketika tampuk kepemimpinan di DKI Jakarta dipegang Sutiyoso selama dua periode. Persitara sama sekali tidak diperhitungkan dan hanya dianggap sebagai tim pelengkap. Terlebih dengan munculnya wacana "Jakarta Satu". Yakni hanya satu tim sepak bola yang tampil mewakili Jakarta. Itu dilihat dari dana APBD yang diperoleh. Persija mendapat dana APBD sekitar Rp 22 miliar, sementara Persitara hanya kebagian Rp 3 miliar.
Tak kunjung mendapat perhatian dari Pemprov DKI, prestasi Persitara pun terjun bebas, hingga berada di kasta terendah Divisi Dua pada musim 2002. Dari situlah tim yang diterima menjadi anggota PSSI sejak 1980 ini mulai merajut prestasi, hingga akhirnya bisa menembus Superliga, yang kali ini merupakan musim keduanya digelar.
Yang paling tragis tentunya adalah Persijatim Jakarta Timur, yang merupakan pecahan dari Persitara. Karena merasa kurang mendapat perhatian di ibu kota akhirnya tim ini dijual ke Pemprov Sumatera Selatan, yang kemudian berubah nama menjadi Sriwijaya FC (SFC).
Dualisme yang terjadi di kompetisi Indonesia pada 2011-2013, antara Indonesia Primer League (IPL) yang dikelola PT Liga Prima Indonesia Sportindo milik PSSI dan PT Liga Indonesia operator Indonesia Super League (ISL) semakin meruncing.
Era-2010an adalah masa-masa sulit bagi Persitara, Setelah terdegradasi dari kasta tertinggi, Dualisme kompetisi kala itu, ISL dan IPL pada 2011-2013 kian memanas, kemunculan Batavia Union di kompetisi IPL membuat klub ini terbelah, Batavia Union sendiri merupakan klub pecahan dari Persitara Jakarta Utara yang berdiri pada tahun 2010. Selain itu, krisis finansial akut yang menggerogoti Laskar Si Pitung mulai menampakkan efeknya. Di Divisi Utama 2014, Persitara menunggak gaji pemain. Mereka bahkan sempat tak mampu menyewa Stadion Tugu sehingga gagal menggelar laga kandang. Persitara kemudian didegradasi ke Divisi Ketiga.
Situasi semakin kacau bagi Persitara. Ketiadaan manajemen yang kompeten membuat mereka terkatung-katung di Liga 3
Website :